Senin, Juni 02, 2008

Berkat Tuhan Tidak Harus Spektakuler

Ini ceritanya udah agak lama, tapi rasanya paling tepat untuk dijadikan pembuka.

Ceritanya dalam kebaktian mezbah keluarga di lingkungan kita masuk ke dalam ruang kesaksian. Seperti biasa, masing-masing keluarga diminta untuk membagikan berkat yang mereka peroleh dalam minggu yang baru lewat. Tapi kali ini kok kayaknya nggak ada mau bicara. Setelah ditunggu beberapa menit masih diam, barulah salah seorang angkat bicara dan menanyakan: “Kenapa sih nggak ada yang bicara? Apa memang di minggu ini nggak ada berkat? Kalau nggak ada berkat lalu ngapain kita berkumpul disini? Cobalah lihat hidup anda, pasti ada berkat yang anda terima, walaupun itu tidak spektakuler!”

Waktu itu saya jadi teringat cerita yang saya peroleh waktu masih kecil dulu, dan mungkin karena pas banget momentumnya, langsung saja saya ceritakan ulang saat itu. Menarik juga untuk dibagikan disini.


Ceritanya gini:

Alkisah ada seorang pendeta yang rumahnya mengalami kebanjiran. Mula-mula banjirnya cuma setinggi mata kaki, lalu naik sampai selutut, lalu sampai ke pinggang. Orang-orang mulai mengungsi, tapi si pendeta masih terus bertahan. Dia naik ke atas meja lalu berdoa: “Tuhan kalaupun banjir ini tidak bisa berlalu, aku percaya Engkau Tuhanku akan menyelamatkanku”. Salah seorang tetangganya yang lewat mengulurkan tangannya kepada pendeta tersebut dan mengajaknya mengungsi. Tapi si pendeta tersebut berkata: “Terima kasih. Saya percaya Tuhan akan membawa saya keluar dari banjir ini.”

Lalu banjir semakin tinggi dan pendeta tersebut terpaksa naik ke atas lemari dan berdoa: “Tuhan, Engkau Tuhanku! Selamatkanlah aku dari banjir ini.” Tidak lama kemudian perahu karet milik tim penyelamat datang dan mengajaknya pergi, tapi pendeta tersebut tetap tidak ikut karena “Saya punya Tuhan yang akan menggendong saya”.

Banjir semakin tinggi lagi dan si pendeta naik ke atap rumah dan berdoa: “Ya Tuhaaaan, banjir semakin tinggi kenapa Engkau tidak mengangkatku dari sini?”. Tidak lama kemudian helikopter TNI datang dan melemparkan tali untuk menyelamatkan. Tapi tetap pendeta tersebut tidak mau pergi dan berkata: “Tuhanku akan mengirimkan malaikat untuk mengangkat dan menyelamatkanku!”

Singkat cerita, air semakin tinggi dan pendeta tersebut mati tenggelam. Di akhirat dia bertemu dengan Tuhan dan langsung protes: “Tuhan, kenapa aku sudah berdoa, berdoa, dan berdoa tapi Engkau tetap tidak mengirimkan malaikatMu untuk menyelamatkanku? Lalu Tuhan menjawab: “Anakku, Aku selalu mendengar doamu. Saat engkau berdoa agar bisa keluar dari banjir tersebut, Aku mengirimkan tetanggamu untuk menjemputmu. Saat engkau berdoa agar Aku menggendongmu, Aku mengirimkan perahu karet untuk membawamu. Saat engkau berdoa agar Aku mengangkatmu, Aku mengirimkan helikopter untuk menyelamatkanmu. Kenapa engkau tidak menerima dan mensyukuri pertolonganKu?”

Memang sering kita lupa bersyukur karena hal tersebut kita anggap biasa. Pernah anak saya yang baru berumur 4 tahun “hilang” selama beberapa menit di supermarket. Dia membelok sendiri sehingga lepas dari pandangan saya. Selama mencari rasanya satu persatu barang di supermarket tersebut mau runtuh! Setelah bertemu lagi barulah saya disadarkan bahwa setiap hari, setiap waktu bersama dia adalah berkat terbesar dalam hidup saya.

Tuhan memberkati.


Tidak ada komentar: