Minggu, Juni 08, 2008

Chapel Music Ministry

Nggak sengaja nemu album Chapel Music Ministry (CMM) di internet, judulnya Higher Ground. Karena covernya cukup menarik iseng aja coba ngedownload. Ternyata lagu2nya luar biasa, boleh diacungi 2 jempol.
Gaya bermusiknya akustik plus (kayak The Corrs minus musik Irlandia-nya). Vokal worship leadernya juga sangat berkelas, powernya kuat, dan artikulasinya jelas. Lagu-lagunya sangat menarik, terutama yang judulnya CintaMu, Bersuka, dan Higher Ground, Rise Up, Sang Raja, ... (katanya terutama tapi udah mau semua yang disebutin). Untuk penggemar lagu rohani sangat direkomendasikan untuk membeli album ini (BELI lho, bukan download!)

Karena masih penasaran, coba browsing di internet. Ada situsnya www.chapelmusicministry.com, dan ada juga profilnya di friendster. Ternyata group ini dibentuk oleh Aminoto Kosin, nama yang sudah tidak asing di dunia musik Indonesia. Nggak heran kualitas bermusiknya sangat baik. Diproduksi secara indie label, mungkin membuat promosinya kurang kencang sehingga tidak begitu terkenal.
Ternyata yang judulnya Higher Ground itu adalah album yang kedua. Sebelumnya udah ada album perdana berjudul Here I Come.

Walau tidak kenal satupun personnel CMM, kayaknya saudara-saudara kita ini harus disupport dengan membeli albumnya dan juga mempromosikannya ke teman, saudara, rekan kerja, dst. Semoga pelayanan mereka semakin besar dan membawa berkat bagi lebih banyak orang.

Baca lanjutannya ...

Rabu, Juni 04, 2008

Hati Hamba, by Sari Simorangkir

Lagu yang terasa sangat indah dan tulus. Mungkin ada yang memerlukan, disini ditampilkan lirik lagunya.


HATI HAMBA
Sari Simorangkir
Album 31:31


Ku tak dapat lupakan
Kebaikan yang ku t'rima
PengorbananMu yang mulia
Jadikan ku berharga

Kau tulus menerima
Aku apa adanya
Kekuatan KasihMu Nyata
Memulihkan Hidupku

Reff:
Kau bukan Tuhan yang melihat rupa
Kau bukan Tuhan yang memandang harta
Hati hamba yang s'lalu Kau cari
Biar Kau temukan di dalamku

S'lama ku hidup ku mau menyembahMu
S'bab Engkau sangat berarti bagiku
Yang terbaik yang ada padaku
Kupersembahkan kepadaMu
Yesusku

Baca lanjutannya ...

Selasa, Juni 03, 2008

Cara Paling Sederhana Untuk Melayani Tuhan

Pernahkah anda merasakan kerinduan untuk melayani Tuhan, tapi bingung bagaimana caranya? Mau menjadi singer tapi merasa punya suara jelek, mau menjadi diaken tapi nggak pede tampil di depan orang, apalagi mau menjadi pendeta, mungkin baca Alkitab saja cuma dihari Minggu. Apakah berarti anda belum siap untuk melayani? Tidak adakah cara yang lebih mudah untuk mulai melayani Tuhan?

Pasti anda pernah melihat seseorang yang bukan pelayan di gereja tapi hidupnya jujur, suka menolong sesama, selalu bersyukur, wajahnya selalu memancarkan kasih, rajin beribadah, dan hidupnya penuh sukacita. Apa yang anda rasakan ketika bertemu dengan orang yang seperti itu? Benci? Pasti sebaliknya!

Semua orang pasti senang bila punya kesempatan bertemu dengan orang yang seperti itu. Dia selalu dihormati, disambut dengan tangan terbuka, dan dirindukan. Bahkan banyak orang yang ingin agar bisa menjadi orang yang seperti dia. Malah mungkin banyak ibu-ibu yang menjadikannya sebagai contoh bagi anaknya, banyak suami yang menjadikannya sebagai contoh bagi istrinya, bahkan banyak orang yang menjadikannya teladan.

Lalu apa hubungannya dengan melayani Tuhan?

Baca dulu Matius 5:16 berikut:
"Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga"

Berarti dengan menjadi seperti orang tersebut bukankah kita sudah memuliakan Bapa di sorga? Ini adalah cara yang paling sederhana untuk mulai melayani. Tidak perlu belajar menyanyi, tidak perlu belajar main musik, dan tidak perlu masuk sekolah theologia.

Dengan suka menolong sesama kita tidak hanya membahagiakan orang yang telah kita tolong, mungkin lebih banyak lagi yang kita bahagiakan secara tidak langsung, atau malah mungkin akan banyak juga jiwa yang kita selamatkan.

Bila kita seorang pemimpin di perusahaan yang hidup di dalam Kristus, mungkin bawahan kita akan segan untuk mengajak kita melakukan yang tidak benar. Kalau karena kita mereka tidak jadi melakukan hal buruk mungkin secara tidak langsung kita sudah menolong anaknya,istrinya, atau bahkan orang lain yang tidak kita duga. Artinya kita melayani Tuhan.

Yang paling nyata adalah perbuatan seorang bapak atau ibu akan menjadi contoh bagi anaknya. Contoh tersebut akan selalu tertanam di hatinya, dibawa sampai tua, dan suatu saat akan diteruskan kepada anak-anaknya.

Tapi bukan berarti pelayanan cukup sampai disini. Sama seperti seorang bayi yang baru lahir, kita perlu belajar terus agar pelayanan kita semakin bertumbuh dan semakin lengkap. Hal ini akan dibahas di posting yang lain.

Yang penting adalah anda harus tau bahwa ada cara yang sangat sederhana untuk melayani, dan anda bisa mulai melayani Tuhan mulai detik ini juga.

Selamat melayani. Tuhan memberkati.

Baca lanjutannya ...

Senin, Juni 02, 2008

"... bagi duit buat persembahan doong!"

Pernah nggak lihat atau dengar seseorang ngomong gitu ke temannya? Atau mungkin juga seorang anak ke orang tuanya, atau suami ke istrinya. Apakah benar bila persembahan yang akan kita berikan di gereja hasil dari meminta ke orang lain?

Apa sih artinya persembahan itu? Semuanya pasti sudah tahu kalau memberikan persembahan ke gereja artinya pengorbanan yang tulus dengan mengambil sebagian dari apa yang kita punyai dan diberikan untuk membantu pelayanan. Lalu kok bisa minta dari orang lain?

Ada yang berkilah: "saya kan minta dari orang tua saya sendiri, boleh kan?". Tentu saja boleh, tapi itu berarti anda belum memberikan bagian dari yang anda punyai. Dalam hal ini berarti orang tua andalah yang memberikan persembahan.
Ada juga yang bilang: "saya kan cuma minta dari suami, nanti juga akhir bulan dipotong dari uang belanja". Bisa juga begitu, tapi kalau caranya begitu kenapa nggak disiapkan dari uang belanja yang bulan kemarin?
Ada yang bilang: "saya nggak punya uang kecil". Ini yang lebih parah lagi! Kalau memang nggak punya uang kecil ya persembahkan uang besar juga boleh kok, hehe... Atau kalau memang uang anda sudah dialokasikan buat yang lain, paling tidak anda juga menyiapkan untuk persembahan, baik jumlah maupun pecahannya.

Akhirnya kembali lagi ke pernyataan awal, persembahan adalah pengorbanan yang tulus dengan memberikan sebagian dari yang kita miliki untuk membantu pelayanan. Bagaimana dikatakan pengorbanan kalau ternyata itu diminta dari orang lain, bagaimana dikatakan tulus kalau ternyata kita tidak berniat untuk menyiapkannya (bahkan mendoakannya). Bagaimana dikatakan membantu pelayanan kalau dari awal kita berpikir bahwa untuk persembahan itu harus uang receh.

Tentu saja situasinya berbeda bila orang tua memberikan uang persembahan untuk anak kecil yang bahkan belum mendapat uang jajan. Persembahan bagi anak kecil bukan bertujuan untuk mengajarkan sang anak melakukan pengorbanan yang tulus, tapi lebih kepada untuk membiasakan anak tersebut memberikan persembahan sampai tiba waktunya dia bisa mengerti tujuannya.

Jadi rencanakan dulu keuangan, kemudian tentukan berapa yang akan kita siapkan untuk persembahan. Bila tiba waktunya, doakan dan lakukan.

Tuhan memberkati.

Baca lanjutannya ...

Penuh berkat = Kaya?

Sering orang menganggap bahwa orang yang hartanya banyak dan kaya raya adalah orang yang diberkati Tuhan. Sering juga kita mendengar kotbah yang mengatakan bahwa kalau kita memberikan persembahan atau perpuluhan, maka Tuhan akan mengembalikannya berlipat kali. Mungkin kita juga pernah berdoa meminta berkat dari Tuhan tapi sebenarnya yang kita minta adalah rejeki (materi) yang berlimpah.

Apakah berkat = harta?


Kalau iya, kenapa masih banyak pendeta yang hidupnya susah? Bahkan lebih susah dari koruptor, maling, penjudi, dll. Apakah pendeta tersebut lebih berdosa dari mereka? Apakah pendeta tersebut tidak pernah memberikan perpuluhan? Sebaliknya apakah kalau ada pendeta yang kaya berarti hidupnya lebih mulia dari orang miskin?

Tentu saja menjadi kaya itu tidak salah. Abraham adalah seorang saudagar yang kaya raya. Raja Salomo termashyur dengan kekayaannya. Ayub juga adalah saudagar yang kaya raya, bahkan semakin kaya setelah lulus dari ujian iblis. Tapi jangan lupa, keduabelas Rasul tidak ada yang kaya, bahkan mereka diminta Yesus untuk meninggalkan pekerjaannya dan mengikut Dia. Para nabi Elia, Elisa, Musa, dll. juga bukanlah orang kaya. Apakah berkat yang mereka terima memang sedikit?

Berkat Tuhan yang sebenarnya adalah hidup itu sendiri. Hidup yang bagaimana? Hidup yang dipimpin oleh Roh Kudus. Seperti apa hidup yang dipimpin oleh Roh Kudus? Hidup yang dipimpin oleh Roh Kudus adalah hidup yang dapat menjadi berkat bagi orang lain: bagi suami/istri, orang tua, anak, saudara, teman, bagi siapa saja. Itulah yang dilakukan para rasul dan nabi sehingga mereka meninggalkan pekerjaannya, bahkan menyerahkan hidupnya untuk dapat melayani Tuhan dan menjadi berkat bagi orang lain. Tuhan memberi kita kemampuan agar kita menjadi berkat bagi sesama manusia. Kalau kita kaya, berarti lebih banyak orang yang harus kita berkati dengan harta kita. Kalau kita kuat berarti lebih banyak orang yang dapat kita tolong dengan kekuatan kita. Kalau kita pintar berarti lebih banyak orang yang harus kita berkati dengan ilmu yang kita punya.

Jadi bila nanti anda melihat orang kaya, jangan langsung menganggap bahwa dia banyak mendapat berkat. Tapi kalau anda melihat orang tersebut memberkati orang lain dengan kekayaannya, itulah tandanya berkat Tuhan sudah turun atasnya.

"Tuhan buatlah kami menjadi saluran berkat bagi orang lain."

Baca lanjutannya ...

Berkat Tuhan Tidak Harus Spektakuler

Ini ceritanya udah agak lama, tapi rasanya paling tepat untuk dijadikan pembuka.

Ceritanya dalam kebaktian mezbah keluarga di lingkungan kita masuk ke dalam ruang kesaksian. Seperti biasa, masing-masing keluarga diminta untuk membagikan berkat yang mereka peroleh dalam minggu yang baru lewat. Tapi kali ini kok kayaknya nggak ada mau bicara. Setelah ditunggu beberapa menit masih diam, barulah salah seorang angkat bicara dan menanyakan: “Kenapa sih nggak ada yang bicara? Apa memang di minggu ini nggak ada berkat? Kalau nggak ada berkat lalu ngapain kita berkumpul disini? Cobalah lihat hidup anda, pasti ada berkat yang anda terima, walaupun itu tidak spektakuler!”

Waktu itu saya jadi teringat cerita yang saya peroleh waktu masih kecil dulu, dan mungkin karena pas banget momentumnya, langsung saja saya ceritakan ulang saat itu. Menarik juga untuk dibagikan disini.


Ceritanya gini:

Alkisah ada seorang pendeta yang rumahnya mengalami kebanjiran. Mula-mula banjirnya cuma setinggi mata kaki, lalu naik sampai selutut, lalu sampai ke pinggang. Orang-orang mulai mengungsi, tapi si pendeta masih terus bertahan. Dia naik ke atas meja lalu berdoa: “Tuhan kalaupun banjir ini tidak bisa berlalu, aku percaya Engkau Tuhanku akan menyelamatkanku”. Salah seorang tetangganya yang lewat mengulurkan tangannya kepada pendeta tersebut dan mengajaknya mengungsi. Tapi si pendeta tersebut berkata: “Terima kasih. Saya percaya Tuhan akan membawa saya keluar dari banjir ini.”

Lalu banjir semakin tinggi dan pendeta tersebut terpaksa naik ke atas lemari dan berdoa: “Tuhan, Engkau Tuhanku! Selamatkanlah aku dari banjir ini.” Tidak lama kemudian perahu karet milik tim penyelamat datang dan mengajaknya pergi, tapi pendeta tersebut tetap tidak ikut karena “Saya punya Tuhan yang akan menggendong saya”.

Banjir semakin tinggi lagi dan si pendeta naik ke atap rumah dan berdoa: “Ya Tuhaaaan, banjir semakin tinggi kenapa Engkau tidak mengangkatku dari sini?”. Tidak lama kemudian helikopter TNI datang dan melemparkan tali untuk menyelamatkan. Tapi tetap pendeta tersebut tidak mau pergi dan berkata: “Tuhanku akan mengirimkan malaikat untuk mengangkat dan menyelamatkanku!”

Singkat cerita, air semakin tinggi dan pendeta tersebut mati tenggelam. Di akhirat dia bertemu dengan Tuhan dan langsung protes: “Tuhan, kenapa aku sudah berdoa, berdoa, dan berdoa tapi Engkau tetap tidak mengirimkan malaikatMu untuk menyelamatkanku? Lalu Tuhan menjawab: “Anakku, Aku selalu mendengar doamu. Saat engkau berdoa agar bisa keluar dari banjir tersebut, Aku mengirimkan tetanggamu untuk menjemputmu. Saat engkau berdoa agar Aku menggendongmu, Aku mengirimkan perahu karet untuk membawamu. Saat engkau berdoa agar Aku mengangkatmu, Aku mengirimkan helikopter untuk menyelamatkanmu. Kenapa engkau tidak menerima dan mensyukuri pertolonganKu?”

Memang sering kita lupa bersyukur karena hal tersebut kita anggap biasa. Pernah anak saya yang baru berumur 4 tahun “hilang” selama beberapa menit di supermarket. Dia membelok sendiri sehingga lepas dari pandangan saya. Selama mencari rasanya satu persatu barang di supermarket tersebut mau runtuh! Setelah bertemu lagi barulah saya disadarkan bahwa setiap hari, setiap waktu bersama dia adalah berkat terbesar dalam hidup saya.

Tuhan memberkati.


Baca lanjutannya ...