Minggu, Juli 06, 2008

Asuransi = Tidak Beriman?

Baru-baru ini saya mempelajari mengenai boleh tidaknya kita sebagai orang percaya, anak Tuhan, membeli asuransi. Luar biasa karena saya menemukan banyak sekali artikel yang membahasnya. Dan lebih luar biasa lagi karena ada pendapat yang mengatakan asuransi sesuai dengan Firman Tuhan, tapi ada juga yang menyatakan bahwa asuransi adalah alat iblis untuk menjauhkan manusia dari Tuhan. Kedua pendapat tersebut sama-sama menggunakan Firman Tuhan sebagai dasarnya. Lalu mana yang benar?

Terus terang saya bukan ahli theologia, itu sebabnya saya mencari referensi dengan membaca buku dan artikel, sayangnya apa yang saya dapat malah semakin membuat saya bingung. Tapi dengan segala keterbatasan saya, saya mencoba merenungkan apa kira-kira kehendak Tuhan.

Misalkan rumah kita berada di pinggir jalan raya. Lalu anak kita yang masih kecil sedang bermain didekat pintu gerbang yang masih terbuka. Apa yang akan kita lakukan? Berdoa agar Tuhan menjauhkan anak kita dari kecelakaan atau menutup gerbangnya agar dia tidak keluar ke jalan raya? Kalau kita memilih yang pertama, maka lebih baik Tuhan tidak mengaruniakan tangan dan kaki kepada kita. Tuhan juga sudah mengaruniakan kita berkat sehingga mampu membuat pagar di depan rumah, kenapa tidak dimanfaatkan? Kalau kita menutup pintu gerbang, apakah berarti kita tidak percaya Tuhan?

Begitu juga dengan asuransi. Membeli asuransi sama dengan menutup pagar tersebut. Kita bukan tidak percaya kepada Tuhan, tapi kita harus sadar bahwa Tuhan juga memberi kita karunia untuk melengkapi diri kita dengan berbagai hal yang dapat membuat hidup kita menjadi lebih baik. Bukan hanya untuk diri sendiri, kita juga diberi karunia untuk menjadi berkat bagi orang lain, apalagi keluarga sendiri.

Firman Tuhan mengatakan bahwa pencobaan-pencobaan yang kita terima tidak akan melebihi kekuatan kita. Itu berarti bahwa batasnya adalah kekuatan kita! Sudah menjadi kewajiban kita sebagai manusia untuk bekerja dan mengusahakan segala sesuatu sampai dibatas kekuatan kita. Tapi kita tetap harus percaya bahwa bila kita sudah tidak mampu, masih ada Tuhan yang siap mengulurkan tangan-Nya untuk mengangkat kita dari masalah sebesar apapun.

Bagaimana kalau kita tidak mampu membeli asuransi? Kembali ke pernyataan sebelumnya, kita hanya wajib berusaha sampai batas kekuatan kita. Kalau sudah tidak mampu, jangan kuatir, karena Tuhan tahu batas kemampuan kita, dan Dia akan melengkapinya dengan cara yang mungkin tidak pernah kita bayangkan.

Saya mengutip satu artikel menarik mengenai asuransi yang saya tuliskan kembali di blog saya lain (lihat My Other Blogs di sebelah kanan halaman ini).

Tidak ada komentar: