Belum lama ini saya mencoba membantu anak perempuan saya belajar naik sepeda roda dua. Usianya belum 6 tahun, tapi katanya udah kepingin kayak anak besar naik sepeda roda dua. Lalu saya melepas kedua roda kecil di kiri-kanan sepedanya, maka pelajaran pun dimulai.
Sambil memegangi sepedanya saya mengajarkan caranya menjaga keseimbangan. Setelah berjalan kira-kira 5 meter, saya mencoba melepas sepedanya dan ... gubraaak ... dia jatuh, walau tidak terluka. Tapi dia langsung bangkit dan mencoba lagi. Jatuh lagi, bangkit lagi, mencoba lagi. Begitu terus tapi tetap tidak ada kemajuan. Setelah 2 jam pinggang saya mulai sakit karena membungkuk terus, saya menyerah dan memutuskan untuk memasang kembali kedua roda kecilnya. Mungkin dia masih terlalu kecil, belum waktunya pakai roda dua.
Selang dua hari kemudian dia merengek minta belajar lagi. Wah, bakal sakit pinggang lagi ini. Tapi karena sayang anak ya saya ikuti saja permintaannya. Belajar bersepeda dimulai lagi. Sudah lama mencoba tetap tidak ada kemajuan. Pinggang mulai sakit lagi, dan diapun udah mengeluh lehernya pegal (mungkin karena tegang terus menjaga keseimbangan). Saya menawarkan untuk istirahat tapi dia tetap ingin mencoba terus. Kebetulan beberapa hari lagi saya harus berangkat kerja ke luar kota selama 2 minggu. Katanya dia harus bisa naik sepeda sebelum saya berangkat. Sayangnya sampai hari itu berakhir masih belum ada kemajuan.
Hari berikutnya kami mencoba lagi dan tetap nggak ada hasil. Dia pun bertanya: "Pa, bisa nggak ya aku naik sepeda sebelum papa berangkat?" Dalam hati saya sudah ingin menjawab nggak mungkin. Tapi karena nggak tega saya berkata:"Pasti bisa! Coba aja terus dan jangan lupa berdoa". Eh... malah saya yang berdoa dalam hati: "Tuhan, jangan buat gadis kecilku ini kecewa." Lalu kami mencoba lagi, tapi tetap belum ada kemajuan. Karena capek saya pun istirahat dulu, apalagi dari tadi dia juga udah mengeluh lehernya pegal. Tapi belum 5 menit saya duduk, dia sudah mencoba-coba lagi sendirian. Saya mengamati saja. Karena hari mulai gelap dia saya mengajaknya masuk ke rumah. Dalam hati saya merasa kasihan karena masih belum ada tanda-tanda dia bakal bisa.
Besoknya dia minta belajar lagi. Karena masih ada sedikit kerjaan saya bilang agar dia belajar sendiri saja dulu, nanti saya segera menyusul. Setengah jam kemudian saya keluar rumah dan tercengang! Dia bisa jalan sendiri walaupun setiap 10-15 meter pasti harus berhenti. Semangat saya pun muncul lagi, mungkin ini jawaban Tuhan, kali ini dia pasti berhasil. Lalu saya mendampingi dia agar bisa bersepeda lebih jauh lagi. Dan tanpa terasa kami sudah keliling-keliling perumahan beberapa kali, saya berlari dan dia bersepeda roda dua! Puji Tuhan!
Ada beberapa hal yang saya pelajari dari pengalaman:
dan yang terakhir:
Artikel: Badai
16 tahun yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar