Sering kita dengar dua orang pengacara berdebat untuk membela klien-nya masing-masing. Sedemikian panasnya perdebatan itu sampai kita lupa bahwa sebenarnya mereka menggunakan undang-undang yang sama di dalam sistem hukum yang juga sama. Sebagian ahli hukum mengatakan bahwa hal itu wajar saja, karena undang-undang kan dibuat oleh manusia, pasti tidak akan pernah sempurna.
Permasalahannya adalah bagaimana kalau itu adalah perdebatan rohani? Dalam hal ini yang dijadikan narasumber adalah Alkitab, kitab suci yang kita percayai adalah sebagai Firman Tuhan yang bersumber dari Tuhan sendiri. Kenapa bisa ada pendapat yang bertentangan padahal keduanya mampu menunjukkan ayat-ayat dalam Injil sebagai pendukungnya?
Hal ini terpikirkan oleh saya karena belum lama ini saya mencoba mempelajari beberapa referensi mengenai boleh atau tidaknya orang Kristen ikut asuransi. Saya menemukan beberapa artikel yang mengatakan bahwa asuransi itu diperbolehkan, tapi ada juga yang mengatakan bahwa asuransi itu adalah dosa, masing-masing mengutip ayat-ayat dalam Firman Tuhan untuk membenarkannya. Malah ada yang mengatakan bahwa asuransi itu adalah alat iblis untuk membuat manusia meninggalkan perlindungan Tuhan (saya akan membuat posting mengenai ini).
Lalu kenapa Firman Tuhan itu bisa "bertentangan".
Hal pertama yang terpikirkan oleh saya adalah fakta bahwa Alkitab yang kita pegang adalah terjemahan, bahkan mungkin sudah diterjemahkan beberapa kali. Tentu kita percaya bahwa Tuhan juga turut bekerja dalam proses penterjemahan tersebut, namun tetap saja manusia adalah manusia yang diciptakan Tuhan dengan akal budi dan perasaan sendiri. Bahasa yang digunakan juga adalah bahasa buatan manusia.
Hal lain yang mungkin mempengaruhi adalah biasanya kita tidak tahu latar belakang pada saat Firman Tuhan itu dibuat. Banyak juga yang berusaha mempelajarinya (dan ini sangat berguna), tapi orang tidak akan bisa mengerti 100% hanya dengan mendengar cerita orang ataupun dengan membaca literatur. Untuk benar-benar mengerti kita harus berada di waktu dan lokasi yang sama.
Hal lain yang juga sangat penting untuk disadari adalah manusia dikarunia talenta yang berbeda-beda. Dalam hal mengartikan Firman Tuhan pun masing-masing orang dapat dipengaruhi oleh cara berpikir, emosi, minat, bahkan keyakinannya (sering kita sudah menentukan sikap dulu baru mencari referensi).
Pencipta lagu tidak pernah salah menciptakan lagu. Karena memang lagu itu dibuat sesuai keinginannya. Kemudian lagu tersebut dinyanyikan oleh seorang penyanyi terbaik. Walaupun sebelumnya sudah mendapat penjelasan dari si pencipta, tapi pasti ada sebagian penjiwaan lagu tersebut yang tidak sesuai dengan keinginan penciptanya. Lalu kita mendengarkan lagu tersebut, ada yang bisa menikmati, ada yang tidak mengerti, ada yang merasa mengerti, ada yang tidak peduli.
Mungkin masih banyak penyebab yang lain yang bisa dijelaskan oleh orang yang lebih ahli dalam hal ini.
Lalu bagaimana seharusnya sikap kita dalam hal ini? Yang pertama kita harus percaya bahwa kebenaran Firman Tuhan itu adalah mutlak. Bukan relatif, dan bukan juga "agak benar" (kalau diberi nilai antara 1-100 maka Firman Tuhan itu adalah 100). Yang bisa salah adalah kita, ciptaan Tuhan yang mempunyai keterbatasan. Kembali ke soal lagu di atas, kalau misalkan ada dua orang yang merasa mengerti maksud si pencipta tapi setelah ditanyakan ternyata mereka mempunyai pendapat berbeda mengenai arti lagu itu, apa yang seharusnya mereka lakukan? Menanyakan ke orang lain? Boleh-boleh saja, tapi bisa saja mereka malah mendapatkan jawaban yang berbeda lagi. Kalau mau jawaban yang pasti maka mereka harus menanyakan ke penciptanya.
Jadi kalau kita sudah mencari kebenaran Firman Tuhan tapi masih belum mendapatkan jawaban, maka jalan satu-satunya yang harus kita lakukan adalah datang kepada-Nya, berdoa meminta jawaban. Klise? Coba lakukan dengan sungguh-sungguh!
Artikel: Badai
16 tahun yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar